Struktur Dalam Bumi
Inti bumi memiliki lebar sekitar 7.100 km, sedikit lebih besar dari separuh diameter bumi dan ukurannya hampir sama dengan Mars. Bagian terluar 2.250 km dari inti Bumi berbentuk cair, sedangkan inti bagian dalam berbentuk padat. Inti padat tersebut berukuran sekitar empat perlima lebih besar dari bulan, dengan diameter sekitar 2.600 km. Inti ini berperan penting terhadap medan magnet planet, yang membantu menghalau partikel bermuatan berbahaya yang dilepaskan oleh matahari.
Di atas inti adalah mantel Bumi, yang tebalnya sekitar 2.900 km. Mantel ini tidak sepenuhnya kaku tapi bisa bergerak perlahan. Kerak Bumi mengapung di atas mantel seperti halnya sepotong kayu mengapung di atas air. Gerakan lambat batuan di dalam mantel membuat benua-benua bergeser dan menyebabkan gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan pegunungan.
Di atas mantel, terdapat dua jenis kerak bumi. Daratan kering benua sebagian besar terdiri dari granit dan mineral silikat ringan lainnya, sedangkan dasar lautan sebagian besar terdiri dari batuan vulkanik yang gelap dan padat yang disebut basal. Kerak benua rata-rata setebal 40 km, meskipun bisa lebih tipis atau lebih tebal di beberapa daerah. Kerak samudra biasanya hanya setebal 8 km. Air mengisi area rendah kerak basal untuk membentuk samudra-samudra dunia.
Bumi menjadi semakin hangat ke arah intinya. Di bagian bawah kerak benua, suhu mencapai sekitar 1.000 derajat Celcius, meningkat sekitar 1 derajat Celcius per km di bawah kerak. Para ahli geologi berpendapat bahwa suhu inti luar Bumi sekitar 3.700 hingga 4.300 derajat Celcius dan suhu inti bagian dalam bisa mencapai 7.000 derajat Celcius – lebih panas dari permukaan matahari.
Medan Magnet Planet Bumi
Medan magnet bumi dihasilkan oleh arus yang bergerak di inti luar bumi. Kutub magnet selalu bergerak, dengan Kutub Utara yang mempercepat pergerakannya ke arah utara hingga 40 km setiap tahun sejak mulai dipantau pada tahun 1830-an. Kemungkinan akan meninggalkan Amerika Utara dan mencapai Siberia dalam hitungan dekade.
Medan magnet bumi juga mengalami perubahan dalam berbagai cara. Secara global, medan magnet telah melemah 10 persen sejak abad ke-19, menurut NASA.
Tapi perubahan ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan perubahan medan magnet bumi di masa lalu. Beberapa kali dalam setiap satu juta tahun, medan magnet benar-benar terbalik, dengan kutub Utara dan Selatan bertukar tempat. Menurut laporan, medan magnet membutuhkan waktu 100 hingga 3.000 tahun untuk menyelesaikan perputaran tersebut.
Kekuatan medan magnet bumi menurun sekitar 90 persen ketika terjadi pembalikan medan di masa lampau, menurut Andrew Roberts, seorang profesor di Australian National University. Penurunan ini membuat planet ini lebih rentan terhadap badai matahari dan radiasi, yang secara signifikan dapat merusak satelit serta infrastruktur komunikasi dan listrik.
“Semoga saja, kejadian seperti itu masih jauh di masa depan dan kita bisa mengembangkan teknologi masa depan untuk menghindari terjadinya kerusakan yang lebih besar”, kata Roberts dalam sebuah pernyataan.
Ketika partikel bermuatan dari matahari terperangkap dalam medan magnet bumi, partikel-partikel tersebut akan menabrak molekul-molekul udara di atas kutub-kutub magnet dan menyebabkannya bercahaya. Fenomena ini dikenal sebagai aurora, cahaya utara dan selatan.
Komposisi Bumi Secara Kimia
Oksigen adalah unsur yang paling melimpah dalam batuan di dalam kerak Bumi, dengan komposisi sekitar 47 persen dari berat seluruh batuan. Unsur paling melimpah kedua adalah silikon, dengan 27 persen, diikuti oleh aluminium, 8 persen; besi, 5 persen; kalsium, 4 persen; serta natrium, kalium, dan magnesium, masing-masing sekitar 2 persen.
Inti Bumi sebagian besar terdiri dari besi dan nikel dan kemungkinan sejumlah kecil elemen yang lebih ringan, seperti belerang dan oksigen. Mantel terbuat dari batuan silikat yang kaya akan besi dan magnesium (kombinasi silikon dan oksigen dikenal sebagai silika, dan mineral yang mengandung silika dikenal sebagai mineral silikat).